SOPHISMATA : Politik yang Dibalut Cinta
Penulis Alanda Kariza
kembali meluncurkan novel terbaru berjudul Sophismata setelah pertama kali
menerbitkan novel berbahasa Indonesia 12 tahun lalu. Pada peluncurannya kali
ini, ia lakukan secara daring melalui Instagram live @alandakariza pada Minggu
(9/7) Pukul 15.00 WIB.
Novel terbitan Gramedia
Pustaka Utama itu diluncurkan secara daring karena Alanda saat itu tengah
menyelesaikan studi program Magister Ekonomi Perilaku di Universitas Warwick,
Inggris Raya. Alanda Kariza telah menerbitkan sejumlah buku sejak tahun 2004.
Di antaranya DreamCatcher (Gagas Media, 2012) dan Beats Apart (Ice Cube, 2015).
Dia juga terlibat dalam penulisan beberapa antologi, serta aktif menulis
sebagai kontributor di The Jakarta Post.
Sophismata bercerita tentang
Sigi yang sudah tiga tahun bekerja sebagai staf anggota DPR, tapi tidak juga
bisa menyukai politik. Dia bertahan hanya karena ingin belajar dari atasannya,
mantan aktivis 1998 yang sejak lama dia idolakan, dan berharap bisa
dipromosikan menjadi tenaga ahli. Tetapi, semakin hari dia justru dipaksa
menghadapi berbagai intrik yang baginya menggelikan.
Semua itu berubah ketika dia
bertemu lagi dengan Timur, seniornya di SMA yang begitu bersemangat mendirikan
partai politik. Cara lelaki itu membicarakan ambisinya menarik perhatian Sigi.
Perlahan Sigi menyadari, tidak semua politisi seburuk yang dia pikir.
Tidak seperti buku-buku
sebelumnya, Sophismata merupakan novel Alanda yang mengusung tema politik. Tema
yang masih jarang diangkat novelis Indonesia. Kehadiran novel ini, memberi
napas segar bagi pembaca yang kurang menyukai atau enggan membaca tulisan bertema
politik. Meski tema ini terbilang berat, tapi penulis dapat membawakan
ceritanya dengan santai dan ringan.
Terbukti melalui interaksi
antara Sigi dan Timur yang dituturkan penulis melalui bukunya ini. Sehingga cerita
dengan dua unsur besar di dalamnya ini, yaitu kisah cinta yang dibalut politik
dapat tersajikan secara pas dan tidak berlebihan, serta tidak terkesan
menggurui. Hal-hal yang berkaitan dengan politik terasa ringan. Pembaca awam yang
tidak menyukai politik sekali pun, dapat memahami hal-hal yang berhubungan
dengan politik dengan mudah.
Selain kisah cinta dan tema
politik yang diangkat, novel ini juga membahas tentang peran wanita yang kerap
dipandang sebelah mata. Hal ini pula yang dirasakan tokoh utama wanita, Sigi,
yang mengalami hal tersebut di tempat dia bekerja sebagai staf administrasi.
Karena hal itu, Sigi memiliki tekad untuk membuktikan impiannya menjadi tenaga
ahli. Walau usahanya harus melalui banyak rintangan.
Meski pun Sigi bekerja
sebagai staff anggota DPR. Ia tidak pernah mau terlibat dengan urusan politik
yang dipandangnya negatif. Sampai suatu ketika ia bertemu dengan Timur, rasa
benci akan politik perlahan membuatnya memikirkan kembali tentang politik itu
sendiri. Tidak selamanya, semua politisi seburuk yang ia pikirkan. Pembawaan
Timur yang cerdas dan terbuka, mampu menyadarkan Sigi dari pikiran buruknya,
sehingga politik tidak lagi dipandang sebelah mata.
"Politik
itu soal kekuasaan dan kepentingan. Aku pengin bisa memperjuangkan kepentingan
orang banyak, tapi untuk bisa memperoleh itu, ya aku harus punya kekuasaan
dulu. Jalan menuju hal itu panjang dan berliku." (Hlm. 234)
Sosok Timur juga yang
memberi Sigi semangat untuk memperjuangkan mimpinya. Ia selalu mendukung apa
pun pilihan Sigi sehingga membuat hubungan keduanya saling menguatkan, meski
pun terdapat jurang perbedaan diantara mereka. Kisah cinta dalam novel ini
terasa dewasa, baik dari interaksi yang gambarkan maupun percakapan mereka.
Novel ini juga memberi
gambaran tentang keburukan yang ada dalam dunia politik, seperti mudahnya mengingkari
janji, memanfaatkan kepentingan rakyat demi kepentingan pribadi, sampai peran
perempuan yang dipandang sebelah mata dalam dunia politik. Meski begitu, novel
ini juga membuka pandangan baru bahwa tidak semua politisi itu buruk. Hal ini
terlihat melalui perkataan Timur yang memberi pandangan baru tentang politik.
"Politik
memang bukan untuk semua orang, apalagi buat kamu yang sukanya hal-hal absolut
-semua harus hitam dan putih, dan tidak boleh abu-abu. Tapi, aku harus bekerja
di bidang ini, supaya orang-orang yang korup, yang tidak memenuhi janji
kampanye mereka, yang tidak mempertanggungjawabkan pekerjaanya kepada rakyat,
bisa diganti sama orang-orang yang punya integritas, lebih adil, dan percaya
bahwa semua warga Indonesia harus hidup setara. Kamu mungkin punya jalanmu
sendiri." (Hlm.250)
Bagi pembaca yang menyukai
politik atau tidak, namun ingin mengenal lebih tentang dunia politik. Novel ini
dapat menjadi salah satu pilihan yang tepat untuk dinikmati.
Judul buku : Sophismata
Penulis : Alanda Kariza
Editor : Anastasia Aemilia
Desain sampul : Martin Dima
Penerbit : PT Gramedia Pustaka Utama
ISBN : 978-602-03-5674-7
Terbit : Cetakan pertama, 2017
Tebal : 272 halaman
Harga : Rp. 65.000