The Little Prince: Antara Buku dan Film
Apa jadinya ketika buku setebal 115
halaman diadaptasi menjadi sebuah film animasi?
Film
animasi The Little Prince telah diputar di Cannes Film Festival pada 22 Mei 2015 lalu. Cannes
Film Festival merupakan festival film yang paling bergensi di dunia dan pertama
kali diadakan di kota Cannes, Perancis. Sebelum
menyaksikan film ini, aku sudah lebih dulu membaca bukunya yang berjudul Le
Petit Prince yang
diterjemahkan dalam bahasa Indonesia dan diterbitkan Gramedia Pustaka Utama (GPU). Sejak April 2016, buku ini telah memasuki
cetakan kelima. Tak heran jika buku yang tampilannya, tampak seperti buku cerita anak-anak ini, termasuk
buku yang paling banyak diterjemahkan di dunia. Konon, pernah disadur ke dalam
230 bahasa asing.
Meski buku ini
terbilang tipis, tapi bukan berarti filmnya berlangsung sesaat.
Baik buku maupun filmnya, tidak bisa dinikmati tanpa merenungkannya. Selain karena ceritanya yang tak biasa,
cara penceritaannya layaknya cerita anak-anak, dan didukung ilustrasi yang menarik, membuat buku maupun film ini layak dibaca dan disaksikan tak hanya anak-anak, tapi juga orang dewasa. Karena keduanya, sama-sama menyentuh nilai-nilai dan pengalaman manusia yang paling mendasar.
Awalnya, aku sempat ragu untuk menyaksikan film
yang diangkat dari buku. Lantaran, aku
khawatir filmnya tak sesuai
dengan harapanku seperti saat membaca bukunya. Karena berdasarkan pengalamanku, yang suka melihat film yang diangkat dari
buku. Aku kerap mengalami perasaan tidak puas atau kecewa karena
bagian-bagian yang ada di buku tidak bisa sama persis atau ada bagian yang hilang setelah dibuat filmnya. Selain karena mediumnya yang berbeda. Sehingga aku lebih memilih buku
dibandingkan filmnya.
Tapi, pengecualian untuk film The Little Prince yang satu ini. Aku menyukai keduanya, baik buku maupun filmnya. Keduanya sama-sama bagus dan memukau. Aku tak menyangka, kalau filmnya tak kalah menarik dari bukunya. Film yang berdurasi hampir satu
setengah jam ini, dikemas dengan sangat baik, tanpa mengurangi nilai-nilai dan makna
yang ada di bukunya. Ketika menyaksikan film ini, kita seakan melihat ada sebuah cerita di dalam cerita.
Tapi, pengecualian untuk film The Little Prince yang satu ini. Aku menyukai keduanya, baik buku maupun filmnya. Keduanya sama-sama bagus dan memukau. Aku tak menyangka, kalau filmnya tak kalah menarik dari bukunya.
Cerita di Film The Little Prince
Film ini bercerita tentang seorang gadis
kecil (Mackenzie Foy) tinggal dengan ibunya (Rachel McAdams) yang
menerapkan gaya hidup disiplin sampai anaknya itu tidak memiliki waktu bermain
dengan teman-temannya. Hal
ini terihat dari dorongan ibunya yang menuntut anaknya untuk belajar
setiap hari agar anaknya dapat
masuk di sekolah Werth Academy. Setelah sempat gagal ketika tahap wawancara. Tapi hal
itu, tak membuat ibunya menyerah.
Justru semakin membuat ibunya menuntut keras anaknya untuk belajar lebih giat selama libur musim panas.
Agar anaknya bisa masuk Werth Academy, mereka sampai
harus pindah tempat tinggal dan memiliki tetangga seorang kakek 'aneh' (Jeff Bridges), yang
hidup sebatang kara. Kehidupan sang gadis yang disiplin,
akhirnya berubah setelah suatu hari secarik pesawat kertas masuk ke jendela kamarnya. Kertas itu berisikan dongeng The Little Prince, persis seperti yang ada di buku karya Antoine de
Saint-Exupéry ini.
Sang sutradara, Mark Osborne memisahkan filmnya menjadi
dua bentuk. Animasi komputer untuk plot utama dari film dan stop-motion untuk
plot dari bagian adaptasi bukunya. Lewat film animasi asal Perancis
ini, sebagai penonton dewasa, film ini memberi banyak perenungan dan
penghayatan. Kita diminta untuk lebih terbuka akan segala sesuatu dan memahami hal-hal
yang kerap terjadi dalam kehidupan kita saat ini. Sementara bagi penonton
anak-anak, film ini mengajarkan kita untuk belajar menikmati kehidupan masa
kecil yang kita miliki saat ini, sebelum akhirnya kita tumbuh menjadi dewasa.
Menurut kalian gimana? Menarik, bukan?
Jadi, tunggu apa lagi?
Buat kalian yang belum membaca atau pun menyaksikan filmnya, segera baca lalu saksikan filmnya karena keduanya sangat bagus, sehingga sayang untuk dilewatkan. Selamat membaca dan menyaksikan filmnya!
Menurut kalian gimana? Menarik, bukan?
Jadi, tunggu apa lagi?
Buat kalian yang belum membaca atau pun menyaksikan filmnya, segera baca lalu saksikan filmnya karena keduanya sangat bagus, sehingga sayang untuk dilewatkan. Selamat membaca dan menyaksikan filmnya!
1 komentar:
When the banker loses a coup, the proper to be banker is offered to the next player in rotation. Once all players have placed a wager the supplier will then deal 2 cards to the Player hand and a couple of|and a pair of} cards to the Banker hand. It ought to be confused that only a single Player hand is dealt regardless of how many of} players there are 메리트카지노 on the table.
REPLY